Sinopsis Film London Virginia
London (Cheverly Amalia), seorang perempuan cantik yang bekerja sebagai model, artis, dan kaya memiliki seorang ayah (Barry Prima) pengusaha sukses yang jarang berada di rumah. Meskipun kehidupannya serba ada, namun masalah tidak pernah lepas dari hidupnya. Kisah cinta dan karirnya menyeretnya pada keadaan yang tidak menyenangkan.
Untuk mendampingi putrinya, sang Ayah memberikan seorang asisten Candra (Gading Marten). Namun, karena sikap London yang sulit didekati pria, Candra memilih mengubah dirinya menjadi Sandra. Kehadiran Sandra benar-benar sangat menolong London dalam menghadapi masalahnya. Meskipun dihasut kemudian putus cinta dan putus kontrak kerja, Sandra selalu memberi semangat kepada London.
Malam, saat London mabuk di sebuah bar, dia bertemu dengan Virginia (Sabrina Athika) dan Kamel (Abdurrahman Arif). Mereka berdua datang dari kampung untuk mengejar mimpi menjadi penyanyi. Yang membuat London dan Virginia cepat akrab adalah mereka sama-sama memiliki darah Arab dan Manado. Jadi saat berbincang bahasa daerah mereka langsung nyambung.
Karena sedang tidak laku, London mendapat ide untuk menjadi produser mereka berdua. Dengan modal yang berlebih mereka berdua disulap menjadi penyanyi pop yang terkenal. Berempat mereka saling mengisi dan mengingatkan akan tujuan keberhasilan karir Virginia dan Kamel. Seiring sifat positifnya, London mendapatkan kembali peran dalam sebuah proyek film.
Namun, justru saat kebahagiaan kembali menaungi London, Sandra mennghilang tanpa pamit. Seminggu sudah tidak ada kabarnya, London mulai kehilangan semangat. Saat Ayahnya pulang, London tidak menyambut dengan gembira. Kuatir dengan kegelisahan putrinya, Ayahnya berusaha menghadirkan Candra dan memintanya mengaku.
Konsep cerita ini sebenarnya cukup menarik, membandingkan dua orang dengan latar belakang yang bertolak belakang kemudian menjadi sahabat dalam meraih mimpi. Namun, sayangnya, pengambilan gambar terlalu tergesa-gesa dan tidak detail. Misalnya saat mabuk di kamar toilet, tiba-tiba saja ada botol minuman padahal jelas-jelas London masuk tanpa botol. Scene sarapan di pinggir kolam dengan cahaya malam. Meskipun tidak mengganggu alur cerita, namun ini mengganggu logika penonton.
Ada beberapa hal positif yang mampu diambil, pertama akting Gading yang mampu menarik penonton. Peralihan peran gendernya sangat tegas. Kedua, keberanian mengangkat tema lokal dengan bahasa daerah, meskipun harus dibumbui subtitle.
Sumber: kapanlagi
0 comments:
Post a Comment